This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Member Of Bidikmisi 2010 at Beswan, Pare

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, November 19, 2012

KONSEP MANUSIA MENURUT PSIKOLOGI DAN ISLAM


       I.            PENDAHULUAN
Manusia menurut Alexis Carrel dalam bukunya Man, the unknown adalah sebuah misteri. Pertanyaan sekitar apa dan siapa manusia itu ? yang mencerminkan hakekat kemanusiaan itu sampai sekarang tak kunjung tuntas. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang manusia terutama yang dilakukan oleh psikologi, tetapi problema seputar manusia masih banyak yang tidak terjawab. Dengan seiring perkembangan zaman saat ini banyak ilmu-ilmu sosial yang memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berada dalam keadaan sekarat dan tinggal menunggu ajal (man is dead or dying) sehingga dengan fenomena ini manusia layaknya barang yang dapat diolak-alik sedemikian rupa (posmodernisme).[1]
Memahami kondisi tersebut, tugas kita adalah mengubah atau membangun konsep baru tentang manusia yang ujung-ujungnya bukan mengobyektifikasi manusia, akan tetapi bagaiman cara memandang dan menempatkan manusia secara benar dalam arti yang sesungguhnya. Disini Agama menjadi sandaran yang seharusnya membangun paradigma baru tentang ilmu pengetahuan.  
Makalah ini mencoba menelaah bagaimana konsep manusia menurut psikologi dan islam sehingga dapat menemukan pengertian yang seseungguhnya tentang penempatan manusia pada hakikatnya.

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep manusia menurut psikologi?
2.      Bagaimana konsep manusia menurut islam?
3.      Bagaimana interelasi konsep manusia menurut psikologi dan islam?

 III.            PEMBAHASAN
1.         Konsep Manusia menurut Psikologi
Di kalanngan ilmuan Psikologi seringkali muncul suatu pertanyaan tentang hakikat manusia yang sesungguhnya dan setiap kali hal itu muncul selalu saja tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Bahkan terdapat diantara mereka seperti nyaris pesimis hingga mengatakan begini:  “jika ada pertanyaan purba yang sampai kapan pun tidak pernah basi dan selalu diperbincangkan, barangkali tidak lain dan tidak bukan pernyataan tersebut berkisar tentang makna manusia”. Dalam ranah ilmu pengetahuan pendapat ahli dlam memaknai manusia yang berpendapat bahwa manusia dan bintang keduanya sama. Manusia adalah sebuah mesin yang diberi makan dan menghasilkan pikiran. Manusia hanyalah sebatas ilalang sesuatu yang le,ah di alam raya, namun ia adalah ilalang yang berfikir (Kaff, 1992).[2]
Dalam dunia psikologi pandangan umum tentang manusia sebagai berikut :
ü  Para ilmuan fisiologi lebih melihat manusia dari kumpulan fungsi anggota tubuhnya dan melihat perilakunya sebagai kumpulan aktifitas fisik dan kimia.
ü  Para psikolog klinis lebih melihat manusia dari kumpulan insting yang membinasakan dan melihat perilakunya sebagai kumpulan syahwat yang memuaskan insting tersebut, baik dilakukan dengan cara yang benar atau menyimpang.
ü  Para psikolog perilaku melihat manusia sebagai satu alat hidup. Perilaku yang ditangkapkannya merupakan hasil dari pemuasan dorongan syahwat saja.
ü  Para psikolog ststistik lebih melihat manusia sebagai kumpulan angka dan statistic. Perilakunya yang ditampakkannya merupakan kumpulan dari angka-angka yang semu dan menyesatkan.[3]
   
Bertolak dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah tentang perilaku manusia, para ahli psikologi memandang bahwa kondisi ragawai, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kehidupan manusia. Selain itu, psikologi, apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat manusia yang mendasarinya bercorak Anthroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut manusia dan kemanusiaan. Pandangan ini mengangkat manusia dalam derajat yang teramat tinggi, dimana manusia sekan menjadi prima-causa yang unik, pemilik akal dan budi yang hebat.
Sampai dengan penghujung abad XX ini terdapat empat aliran besar psikologi:
o   Psikoanalisis (Psychoanalysis)
Penentu dan pendiri psikoanalisis adalah Sigmund freud (1856-1939), menurut dia kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu Id (dorongan-dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas. Selain itu manusia mempunyai tiga strata kesadaran:alam sadar (the conscious), alam prasadar (the preconscious), dan alam tak sadar ( the unconscious) secara dinamis berinteraksi satu dengan lainnya.[4]
o   Psikologi Perilaku (Behavior Psychology)
Menurut B.F. Skinner memandang bahwasanya manusia pada dasaranya dilahirkan tidak membawa bakat namun semata-mata melakukan respons (tanggapan) terhadap suatu rangsangan. Behavior memandang manusia itu semuanya sama yaitu apapun jadinya seseorang satu-satunya yang menentukan adalah lingkungannya.
o   Psikologi Humanistik (Humanistic Psychology)
Psikologi Humanistik dipelopori oleh Abraham Maslow. Berpandangan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik, dan potensi manusia tidak terbatas. Pandangan ini sangat optimistikterhadap upaya pengembangan sumber daya manusia. Sehingga manusia dipandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan play God (peran Tuhan).[5]
o   Psikologi Transpersonal (Transpersonal Psychology)
Psikologi Transpersonal merupakan kelanjutan Psikologi Humanistik. Aliran ini disusun oleh S.I.Shapiro  dan Denise H.Lajoie. Unsur- unsur yang menjadi telaah  Psikologi Transpersonal:
·           potensi- potensi luhur (the highest potensials), yaitu transendensi diri, keruhanian, potensi luhur dan paripurna, pengalaman mistik, pengalaman spiritual dan sebagainya.
·           Fenomena keadaan (states of consciousness) manusia adalah pengalaman seseorang melewati batas- batas kesadaran biasa. Misalnya memasuki alam- alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi kebatinan, pengalaman meditasi dan sebagainya.[6]
Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang berlaianan, dan dengan metodelogi tertentu berhasil menentukan berbagi dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
2.      Konsep Manusia menurut Islam
Manusia menurut Al-Qur’an dimaknai dengan menggunakan beberapa istilah, yaitu Bani (Banu) adam atau Dzurriyat Adam (keturunan, anak Cucu Adam), al-insan, al-ins, al-nas, atau unas atau al-basyar. Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, manusia diekali dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam menjalankan tugas kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga dalam perspektif islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan.[7]
Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhlukNya karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan pencipta dan makhluk Tuhan lainnya. Sekurang- kurangnya ada empat relasi manusia, yaitu:
1)      Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (bablun minannas) yang ditandai dengan kesadaran untuk melakukan amal ma’ruf nahi munkar atau sebaliknya mengumbar nafsu- nafsu rendah.
2)      Hubungan antar manusia (bablun minannas) dengan usaha membina silaturahmi atau memutusnya.
3)      Hubungan manusia dengan alam sekitar (bablun minal ‘alam) dengan upaya pelestarian dan pemanfaatan alam dengan sebaik-baiknya atau sebaliknya menimbulkan kerusakan.
4)      Hubungan manusia dengan sang pencipta (bablun minallah) dengan kewajiban ibadah kepadaNYA atau justru menjadi ingkar dan syirik.[8]  
Hanna Djumhana Bastaman (1993) memberi contoh bahwa wawasan islami mengenai manusia antara lain :
1.      Manusia mempunyai derajat sangat tinggi sebagai khalifak Allah.
2.      Manusia tidak menaggung dosa asal atau dosa turunan.
3.      Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi: fisik-biologi, mental-psikis, sosio-kultural, dan spiritual
4.      Dimensi spiritual memungkinkan mausia mengadakan hubungan dan mengenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkanNYA.
5.      Manusia memiliki kebebasaan berkehendak (freedeom of will).
6.      Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akalnya itu mengembangkan ilmu serta peradaban.
7.      Manusia tak dibiarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjukNYA.[9]

3.      Interelasi Konsep Manusia menurut Psikologi dan Islam
Konsep- konsep manusia yang dikemukakan diatas berdasarkan teori Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik. Dipandang dengan islam, maka psikologi islam tidak menolak dan juga tidak memebenarkan,tidak menolak  artinya konsep tersebut dapat diterima dengan mendudukannya secara proposional dalam wilayah dan system komposisi struktur manusia menurut psikologi islami. Tidak memebenarkan artinya, kalau dimensi itu seperti dalam psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik, menjadi satu-satunya dimensi yang berperan dalam jiwa manusia, dan menafikan dimensi lainnya.[10]
Pandangan agama dan psikologi berjumpa pada diri manusia sendiri sebagai salah fenomena ciptaan Tuhan dengan segala karekter kemanusiaannya. Tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan tinjauan agama dan psikologi yang sma-sama menyoroti manusia ternyata tidak selau sejalan.
Dalam penggambaran karakter manusia terkesan ada kesamaan, misalnya gambaran mengenai orang zalim sama dengan gambaran pribadi totaliter. Sedangkan pandangan mengenai kualitas insane, seperti aktualisasi diri, cinta kasih, tanggung jawab, dan kebebasan terdapat keserupaan atau kesejalanan antara pandangan agama dengan psikologi. Demikian pula hanya dengan daya-daya ruhani manusia.
Hal yang berbeda adalah pandangan mengenai baik tidaknya hakikat manusia. Isalam memandang fitrah kemanusiaan suci dan beriman, sedangkan dialiran  psikologi ada yang menganggap hakikat manusia itu buruk (psikoanalisis), netral (psikologi paerilaku), baik (psikologi humanistika) dan potensial (psikologi transpersonal).
Denagn demikian perjumpaan antara agama dengan psikologi dalam memandang manusia terdapat kesamaan (similarisasi) pada gambaran karakterologis, kesejalanan (paralelisasi) dalam asas-asa dan kualita-kualitas insane, pelengkapan (komplementasi) dalam determinan keperibadian, serta saling menyangkal (falsifasi) dalam orientasi filosofis. Memang sebuah perjumpaan tidak selalu merupakan pertemuan.
Kemudian dengan beranjak dari pemikiran dan keyakianan bahwa ilmu dan agama merupakan karunia Allah SWT, dan juga dengan menempatkan psikologi sebagai upaya ilmiah manusia untuk memahami sunnatullah yang bekerja dalam diri manusia, maka pada tingkat pemikiran tertentu sejauh yang dibayangkan: Agama (Al qur’an&As sunnah) sarat dengan asas maha benar mengenai psikologi, dan sebaliknya telaah psikologi banyak yang mendukung kebenaran agama denagn demikian terbukalah celah-celah hubungan diantara keduanya agama menawarkan asas-asas, landasan, dan arahan (mahabenar) bagi psikologi, sebaliknya psikologi menyediakan perangkap metodologi dan eksplanasi-ilmiah (sementara) bagi agama. Dalam hal ini jelas bahwa Islam member pedoman dan menyempurnakan psikologi. Bahkan tidak jarang pula Agama jauh lebih dahulu mengungkapkan kebenaran-kebenaran ilmiah tinimbang sains dan teknologi.[11]
   
 IV.            KESIMPULAN
Bertolak dari pengertian psikologi yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia.
Islam memandang manusia sbagai makhluk Tuhan yang memilki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhlukNYA karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan sang pencipta dan makhluk-makhlukNYA.
Pandangan Islam dan psikologi berjumpa pada diri manusia sebagai salah satu fenomena Tuhan dengan segala karakter kemanusiaanya tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan. Tinjauan islam dan psikologi yang sama-sama menyoroti manusia ternyata hasilnya tidak selalu sejalan.

    V.            PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun, kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan ini, kami minta maaf. Saran, kritik dan arahan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalh ini dapat bermanfaatbagi kita semua. Amin.





DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin, Fuat Nashori Suroso,  psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994
baharudin, Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Bastaman, Hanna Djumhana,  Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995.
prawira, Purwa Atmaja, Psikologi umum dengan Perspektif Baru, Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2012.
Tufiq, Muhammad Izzuddin, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Jakarta : Gema Insani, 2006.



[1] Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,  psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, hal 152
[2] Purwa Atmaja prawira, Psikologi umum dengan Perspektif Baru, Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2012, hal 198
[3] Muhammad Izzuddin Tufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Jakarta : Gema Insani, 2006 hal 151
[4] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995, hal 50
[5] Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1994, hal 154- 155
[6] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995,  hal 53
[7] Purwa Atmaja prawira, Psikologi umum dengan Perspektif Baru, Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2012, hal. 209
[8] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995, hal 54
[9] Djamaludin Ancok  dan Fuat Nashori Suroso,  psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, hal 156
[10] Baharudin, Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, hal 294
[11] Hanna Djumhana Bastaman,  Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995, hal 59-60